Harus diakui bahwa kitab suci merupakan salah satu unsur terpenting dalam sebuah agama. Kitab suci harus mampu menjadi rujukan bagi seluruh problema yang terjadi di jagat raya ini. Kitab suci adalah bagai cermin yang menggambarkan dengan jelas kesempurnaan sebuah agama. Inilah yang seharusnya kita jadikan barometer untuk menilai benar atau salahnya sesuatu.

Oleh karena itulah maka kebenaran yang terkandung di dalamnya harus absolut (mutlak) tanpa ternodai sedikit pun oleh campur tangan manusia yang cenderung selalu subyektif dan penuh dengan tendensi dalam menilai sesuatu.

Begitulah Islam menguji kelayakan sebuah kitab suci. Ternyata Al-Quranlah yang memenuhi kategori di atas. Kemukjizatan Al-Quran bisa kita buktikan dari segala sisi. Nabi Muhammad SAW sebagai sang pengemban wahyu disetting begitu sempurna tanpa satu celah pun yang bisa dijadikan alasan untuk menafikan kerasulan beliau.

Beliau lahir di tengah komunitas Arab yang pada saat itu dipandang sebelah mata dalam peradaban bangsa di dunia. Kemudian Allah mentakdirkan beliau lahir dalam keadaan yatim dan ditinggal ibunya ketika beliau berumur enam tahun. Itu artinya beliau sama sekali tidak mengalami proses pendidikan kedua orang tua, padahal inilah yang berperan penting dalam proses pembentukan karakter dan pola pikir manusia pada umumnya. Tidak berhenti sampai di situ saja. Setelah berkembang dewasa, beliau hidup dalam keadaan ummi (tidak mampu baca dan menulis). Padahal, dua hal inilah yang menjadi sarana utama manusia dalam belajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Dalam keadaan yang sedemikian itu, ternyata Rasulullah SAW mampu menjelaskan berbagai macam keterangan dengan bahasa yang begitu indah serta muatan-muatan yang tak pernah sirna seiring perkembangan zaman.

Serentetan fakta ini merupakan bukti tak terbantahkan yang menguatkan betapa otentiknya wahyu yang terkandung di dalam Al-Quran. Fakta ini membuktikan bahwa apa pun yang dikatakan oleh Rasulullah SAW memang bukan berasal dari hawa nafsu atau kemampuan manusiawi beliau. Seluruh muatan yang ada di dalam Al-Quran seratus persen bersumber dari wahyu yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Baik isi, urutan, atau pun penamaan surat-surat di dalamnya seluruhnya tersusun atas isyarat Allah SWT.

Beliau menerangkan wahyu-wahyu tersebut kepada para sahabat, dan mereka pun menghafalkannya sesuai dengan urutan dan nama yang telah dijelaskan oleh Rasulullah SAW. Demikian seterusnya hingga saat ini kita bisa mengenal nama-nama surat serta rentetan ayat sama persis seperti apa yang didengar oleh para sahabat dari lisan suci Nabi Muhammad SAW.

Bagaimana dengan Al-kitab Bibel?

Jika kita mengenal nama-nama surat Al-Quran berikut ayat-ayatnya sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah Muhammad SAW, bagaimanakah umat Kristiani memahami nama-nama surat yang ada di dalam Al-kitab?

Perhatikan ayat-ayat berikut ini:

(Matius 4:23):“Yesuspun berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan di antara bangsa itu.”

Kemudian simak ayat berikut:

Markus 15 :34:“Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eloi, Eloi, lama sabakhtani?”, yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”

Dua ayat di atas cukup menjadi sebuah gambaran bagi kita bahwa ayat itu baru ada setelah Yesus diangkat. Matius menjelaskan bahwa semasa hidupnya, Yesus berkeliling mengajarkan Injil kepada umatnya. Ini menujukkan bahwa Injil memang sudah ada pada zaman Yesus. Lalu di manakah Injil yang dimiliki Yesus tersebut?

Markus menerangkan kronologi penyaliban Yesus seolah-olah dia menyaksikan langsung kejadian itu. Padahal pada ayat yang lain dia menulis bahwa ketika terjadi penyaliban Yesus, seluruh muridnya melarikan diri.

 “Lalu semua murid itu meninggalkan dia dan melari-kan diri.” (Markus 14: 50)

Jika demikian adanya, bagaimana dia bisa menceritakan peristiwa itu sedemikian detail? Bisakah kita mempercayainya begitu saja padahal dia mengakui bahwa semua murid Yesus, tidak ada satupun, yang menyaksikan kejadian itu?

Paulus Siap Berbohong

Sekarang simak surat Paulus berikut ini:

( Roma 3 : 7): “Tetapi jika kebenaran Allah oleh dustaku semakin melimpah bagi kemuliaan-Nya, mengapa aku masih dihakimi lagi sebagai orang berdosa?”

Ayat di atas merupakan surat yang ditulis oleh Paulus untuk orang-orang Roma. Dalam surat itu dia menerangkan bahwa kita dibolehkan berbohong demi menyebarkan kemuliaan Yesus. Bahkan dia menjustifikasi kebohongannya atas nama Allah. Mungkinkah ajaran Tuhan yang Maha sempurna menghalalkan bahkan mengajarkan kebohongan?

Ayat-ayat di atas serta ratusan ayat-ayat yang lain menjelaskan pada kita bahwa semuanya baru muncul setelah Yesus diangkat ke langit. Itu artinya bahwa ayat-ayat itu sama sekali tidak diwahyukan kepada Yesus. Maka tidaklah berlebihan bila kita menyebutnya sebagai sebuah karangan belaka.

Fakta Menakjubkan

Terlepas dari berbagai kontradiksi dan kerancuan yang terjadi di dalam Al-kitab serta tidak adanya pembagian yang jelas mengenai firman yang ada di dalam Al-kitab, muncul sebuah fakta yang mencengangkan mengenai penulisan nama-nama surat Al-kitab. Entah ini sebuah kesalahan penulisan atau sebuah kejujuran dari penerbit. Fakta ini kami ambil berdasarkan Al-kitab cetakan tahun 1962 keluaran Badan Al-kitab Indonesia yang kami miliki di perpustakaan kami. Simak tabel di bawah ini:

BIBLE TAHUN 1962 VERSI SEKARANG
KITAB INDJIL KARANGAN MATIUS MATIUS
KITAB INDJIL KARANGAN MARKUS MARKUS
KITAB INDJIL KARANGAN LUKAS LUKAS
KITAB INDJIL KARANGAN JAHJA YOHANES
KISAH PERBUATAN RASUL RASUL KISAH PARA RASUL
SURAT KIRIMAN PAULUS KEPADA ORANG RUM ROMA
SURAT JANG PERTAMA KEPADA ORANG KORINTUS 1 KORINTUS
SURAT JANG KEDUA KEPADA ORANG KORINTUS 2 KORINTUS
SURAT KIRIMAN KEPADA GALATIA GALATIA
SURAT KIRIMAN KEPADA EPESUS EFESUS
SURAT KIRIMAN KEPADA PILIPI FILIPI
SURAT KIRIMAN KEPADA KOLOSE KOLOSE
SURAT KIRIMAN JANG PERTAMA KEPADA ORANG TESALOKA 1 TESALONIKA
SURAT KIRIMAN JANG KEDUA KEPADA ORANG TESALOKA 2 TESALONIKA
SURAT KIRIMAN JANG PERTAMA KEPADA ORANG TIMOTIUS 1 TIMOTIUS
SURAT KIRIMAN JANG KEDUA KEPADA ORANG TIMOTIUS 2 TIMOTIUS
SURAT KIRIMAN KEPADA TITUS TITUS
SURAT KIRIMAN KEPADA PILEMON FILEMON
SURAT KIRIMAN KEPADA ORANG IBERANI IBRANI
SURAT KIRIMAN JAKUB YAKOBUS
SURAT KIRIMAN JANG PERTAMA DARIPADA PETERUS 1 PETRUS
SURAT KIRIMAN JANG KEDUA DARIPADA PETERUS 2 PETRUS
SURAT KIRIMAN JANG PERTAMA DARIPADA JAHJA 1 YOHANES
SURAT KIRIMAN JANG KEDUA DARIPADA JAHJA 2 YOHANES
SURAT KIRIMAN JANG KETIGA DARIPADA JAHJA 3 YOHANES
SURAT KIRIMAN JAHUDA YUDAS
WAHYU KEPADA JAHJA WAHYU

 

INJIL KUNO
BIBLE TAHUN 62 DENGAN EJAAN LAMA

 

Tabel-tabel pada sisi kiri menyebutkan nama-nama yang sedikit aneh dibanding apa yang kita ketahui selama ini. Al-kitab Matius, Lukas, Yohanes, dan Markus yang selama ini diyakini sebagai firman Tuhan oleh kaum Nasrani, ternyata pernah dinyatakan sebagai sebuah karangan belaka. Begitu pun surat-surat selanjutnya disebut sebagai surat yang dikirimkan oleh Paulus dan pengarang-pengarang lainnya. Manakah yang tepat?

Jika anda menyalahkan penamaan-penamaan yang ada pada kolom sebelah kiri, lantas dengan alasan apa anda menyalahkan penamaan itu? Bukankah fakta yang ada telah menunjukkan bahwa ayat-ayat itu memang bukan firman yang diterima oleh Yesus? Sepandai-pandai seseorang menyembunyikan bangkai, pasti baunya akan tercium juga. Peribahasa itulah yang mungkin layak untuk kita sematkan atas semua rekayasa ini. Mereka berusaha mengaburkan fakta dengan memalsukan ayat Tuhan dan menjadikannya sebagai doktrin agama. Namun kebenaran pasti akan datang dan terbukti juga.

Semoga semua fakta ini akan membuka hati kita sehingga kita mampu membedakan kebenaran dan menyingkirkan segala macam kebohongan dan kepalsuan.

Bagian di bawah ini ikut mana?

(Ulangan 18:20).“Tetapi seorang nabi, yang terlalu berani untuk mengucapkan demi nama-Ku perkataan yang tidak Kuperintahkan untuk dikatakan olehnya, atau yang berkata demi nama allah lain, nabi itu harus mati.”