berdoa

Tidak bisa kita pungkiri bahwa salah satu kelebihan yang ALLAH SWT berikan kepada hamba-Nya adalah kemuliaan nasab. Kesucian nasab merupakan anugerah yang patut untuk dibanggakan. Rasulullah SAW bersabda,

([1])وأخرج ابن عساكر عن أبي هريرة قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم « ما ولدتني بغي قط مذ خرجت من صلب آدم ، ولم تزل تتنازعني الأمم كابراً عن كابر حتى خرجت من أفضل حيين من العرب هاشم وزهرة << .

Ibn ‘asyakir mengeluarkan Hadits dari Abu Hurairah Ra., Abu Hurairah berkata:

Rasulullah SAW bersabda : “ Aku sama sekali tidak dilahirkan oleh seorang dzolim, semenjak aku keluar dari Sulbi Adam As, dan aku selalu berpindah dari umat-umat, seorang pembesar dari pembesar lainnya, sampai aku keluar dari dua kaum yang paling utama di arab yaitu Hasyim dan Zuhroh”.)

Dalam Islam, ALLAH SWT selalu memilih Nabi dan Rasul dari keluarga paling mulia, bahkan mempunyai rentetan nasab yang paling mulia dan terpandang di kaumnya, tak terkecuali Nabi Isa AS (yang disebut oleh oleh Kristen sebagai Yesus kristus).

Rupanya pandangan ini tidak kita dapatkan di dalam agama yang sangat mengagungkan sosok Yesus ini. Yesus yang mereka anggap sebagai anak tuhan ternyata memiliki cacat dalam nasabnya. Jika kita teliti nasab Yesus yang termaktub dalam Al-Kitab, Yesus merupakan keturunan Peres. Terlepas dari kontroversi yang begitu banyak dalam penyebutan nasab versi Matius dan Lukas, di dalam kitab tersebut dijelaskan bahwa Peres adalah hasil perzinaan antara Yahuda dan Tamar.

Al Kitab kaum Nasrani menceritakan dengan jelas mengenai Skandal yang dilakukan oleh leluhur Yesus. Di dalam kitab kejadian pasal 38 disebutkan :

(1) Pada waktu itu Yehuda meninggalkan saudara-saudaranya dan menumpang pada seorang Adulam, yang namanya Hira.(2) Di situ Yehuda melihat anak perempuan seorang Kanaan; nama orang itu ialah Syua. Lalu Yehuda kawin dengan perempuan itu dan menghampirinya. (3) Perempuan itu mengandung, lalu melahirkan seorang anak laki-laki dan menamai anak itu Er. (4) Sesudah itu perempuan itu mengandung lagi, lalu melahirkan seorang anak laki-laki dan menamai anak itu Onan. (5) Kemudian perempuan itu melahirkan seorang anak laki-laki sekali lagi, dan menamai anak itu Syela. Yehuda sedang berada di Kezib, ketika anak itu dilahirkan. (6) Sesudah itu Yehuda mengambil bagi Er, anak sulungnya, seorang isteri, yang bernama Tamar.(7) Tetapi Er, anak sulung Yehuda itu, adalah jahat di mata tuhan, maka tuhan membunuh dia. (8) Lalu berkatalah Yehuda kepada Onan: "Hampirilah isteri kakakmu itu, kawinlah dengan dia sebagai ganti kakakmu dan bangkitkanlah keturunan bagi kakakmu." (9) Tetapi Onan tahu, bahwa bukan ia yang empunya keturunannya nanti, sebab itu setiap kali ia menghampiri isteri kakaknya itu, ia membiarkan maninya terbuang, supaya ia jangan memberi keturunan kepada kakaknya. (10) Tetapi yang dilakukannya itu adalah jahat di mata tuhan, maka tuhan membunuh dia juga. (11) Lalu berkatalah Yehuda kepada Tamar, menantunya itu: "Tinggallah sebagai janda di rumah ayahmu, sampai anakku Syela itu besar," sebab pikirnya: "Jangan-jangan ia mati seperti kedua kakaknya itu." Maka pergilah Tamar dan tinggal di rumah ayahnya.(12) Setelah beberapa lama matilah anak Syua, isteri Yehuda. Habis berkabung pergilah Yehuda ke Timna, kepada orang-orang yang menggunting bulu domba-dombanya, bersama dengan Hira, sahabatnya, orang Adulam itu. (13) Ketika dikabarkan kepada Tamar: "Bapa mertuamu sedang di jalan ke Timna untuk menggunting bulu domba-dombanya," (14) maka ditanggalkannyalah pakaian kejandaannya, ia bertelekung dan berselubung, lalu pergi duduk di pintu masuk ke Enaim yang di jalan ke Timna, karena dilihatnya, bahwa Syela telah menjadi besar, dan dia tidak diberikan juga kepada Syela itu untuk menjadi isterinya. (15) Ketika Yehuda melihat dia, disangkanyalah dia seorang perempuan sundal, karena ia menutupi mukanya. (16) Lalu berpalinglah Yehuda mendapatkan perempuan yang di pinggir jalan itu serta berkata: "Marilah, aku mau menghampiri engkau," sebab ia tidak tahu, bahwa perempuan itu menantunya. Tanya perempuan itu: "Apakah yang akan kauberikan kepadaku, jika engkau menghampiri aku?" (17) Jawabnya: "Aku akan mengirimkan kepadamu seekor anak kambing dari kambing dombaku." Kata perempuan itu: "Asal engkau memberikan tanggungannya, sampai engkau mengirimkannya kepadaku." (18) Tanyanya: "Apakah tanggungan yang harus kuberikan kepadamu?" Jawab perempuan itu: "Cap meteraimu serta kalungmu dan tongkat yang ada di tanganmu itu." Lalu diberikannyalah semuanya itu kepadanya, maka ia menghampirinya. Perempuan itu mengandung dari padanya. (19) Bangunlah perempuan itu, lalu pergi, ditanggalkannya telekungnya dan dikenakannya pula pakaian kejandaannya. (20) Adapun Yehuda, ia mengirimkan anak kambing itu dengan perantaraan sahabatnya, orang Adulam itu, untuk mengambil kembali tanggungannya dari tangan perempuan itu, tetapi perempuan itu tidak dijumpainya lagi. (21) Ia bertanya-tanya di tempat tinggal perempuan itu: "Di manakah perempuan jalang, yang duduk tadinya di pinggir jalan di Enaim itu?" Jawab mereka: "Tidak ada di sini perempuan jalang." (22) Kembalilah ia kepada Yehuda dan berkata: "Tidak ada kujumpai dia; dan juga orang-orang di tempat itu berkata: Tidak ada perempuan jalang di sini." (23) Lalu berkatalah Yehuda: "Biarlah barang-barang itu dipegangnya, supaya kita jangan menjadi buah olok-olok orang; sungguhlah anak kambing itu telah kukirimkan, tetapi engkau tidak menjumpai perempuan itu." (24) Sesudah kira-kira tiga bulan dikabarkanlah kepada Yehuda: "Tamar, menantumu, bersundal, bahkan telah mengandung dari persundalannya itu." Lalu kata Yehuda: "Bawalah perempuan itu, supaya dibakar." (25) Waktu dibawa, perempuan itu menyuruh orang kepada mertuanya mengatakan: "Dari laki-laki yang empunya barang-barang inilah aku mengandung." Juga dikatakannya: "Periksalah, siapa yang empunya cap meterai serta kalung dan tongkat ini?" (26) Yehuda memeriksa barang-barang itu, lalu berkata: "Bukan aku, tetapi perempuan itulah yang benar, karena memang aku tidak memberikan dia kepada Syela, anakku." Dan ia tidak bersetubuh lagi dengan perempuan itu. (27) Pada waktu perempuan itu hendak bersalin, nyatalah ada anak kembar dalam kandungannya. (28) Dan ketika ia bersalin, seorang dari anak itu mengeluarkan tangannya, lalu dipegang oleh bidan, diikatnya dengan benang kirmizi serta berkata: "Inilah yang lebih dahulu keluar." (29) Ketika anak itu menarik tangannya kembali, keluarlah saudaranya laki-laki, dan bidan itu berkata: "Alangkah kuatnya engkau menembus ke luar," maka anak itu dinamai Peres. (30) Sesudah itu keluarlah saudaranya laki-laki yang tangannya telah berikat benang kirmizi itu, lalu kepadanya diberi nama Zerah.

Perthatikanlah apa yang mereka sebut sebagai firman tuhan di atas, di samping menjelaskan kecacatan nasab Yesus, juga ada beberapa poin yang penuh kejanggalan dan perlu kita telaah lebih mendalam.

1. Di katakan di sana bahwa Peres merupakan hasil perzinaan antara Yehuda dan menantunya yang bernama Tamar. Padahal sebagaimana kita ketahui dari silsilah yang ada dalam kitab Markus dan Lukas disebutkan secara jelas bahwa Peres adalah leluhur dari Yesus. Ini berarti bahwa Yesus adalah keturunan seorang pezina, alangkah hinanya sosok tuhan yang dilahirkan melalui pezina.

2. Perhatikan ayat 10 di atas, Er dianggap jahat oleh tuhan tanpa disebutkan kesalahannya, dan Onan dianggap jahat hanya karena membuang maninya ketika bersetubuh dengan istri sahnya yaitu Tamar. Sehingga akhirnya tuhan mematikan keduanya. Akan tetapi bukankah perbuatan Yahuda dan Tamar jelas-jelas lebih salah karena mereka melakukan perzinaan tanpa hubungan yang sah? Anehnya , perbutan zina itu tidak membuat tuhan marah, bahkan mereka dimuliakan karena dijadikan sebagai leluhur Yesus.

3. Tersebut juga di atas bahwa Yahuda bermaksud untuk membakar Tamar ketika mendengar dia berzina, akan tetapi anehnya dia tidak menghukum dirinya sendiri yang juga telah melakukan zina, bahkan setelah ia mengetahui bahwa dirinyalah yang menzinai Tamar justru ia membenarkan perbuatan Tamar dan berkata, "Bukan aku, tetapi perempuan itulah yang benar, karena memang aku tidak memberikan dia kepada Syela, anakku.".

Apakah mungkin hukum Tuhan yang absolute bisa berubah tergantung pelakunya??

4. Perhatikan bahasa yang digunakan dalam al-kitab di atas,

(15) Ketika Yehuda melihat dia, disangkanyalah dia seorang perempuan sundal, karena ia menutupi mukanya.

(21) "Di manakah perempuan jalang, yang duduk tadinya di pinggir jalan di Enaim itu?" Jawab mereka: "Tidak ada di sini perempuan jalang."

(24) Sesudah kira-kira tiga bulan dikabarkanlah kepada Yehuda: "Tamar, menantumu, bersundal, bahkan telah mengandung dari persundalannya itu." Lalu kata Yehuda: "Bawalah perempuan itu, supaya dibakar."

Perhatikan dengan seksama redaksi Al-kitab di atas, apakah kata-kata semacam itu layak untuk tercantum di dalam kitab suci yang dibaca oleh berbagai kalangan termasuk anak-anak yang masih di bawah umur? Dan mungkinkah firman Tuhan menggunakan bahasa yang sehina itu?

Kitab suci seharusnya memiliki hikmah dalam setiap ayatnya, lalu apakah hikmah yang bisa kita dapatkan dari ayat-ayat di atas?. Tidak diragukan lagi bahwa ayat-ayat di atas sangat vulgar dan justru bisa menimbulkan efek negatif bagi orang-orang yang mempelajari Al-Kitab karena meskipun tidak diungkapkan secara langsung namun ayat-ayat di atas merupakan suatu bentuk pelegelan terhadap perzinaan. Bagaimana tidak, leluhur Yesus yang begitu mereka muliakan justru merupakan tokoh yang memberi contoh yang samasekali tidak pantas untuk ditiru. Ironisnya, hal itu justru diabadikan di dalam kitab suci yang merupakan petunjuk bagi umatnya.

Lantas masih layakkah kitab semacam itu kita anggap sebagai kitab suci yang merupakan firman-firman Tuhan???

Semoga Allah SWT menuntun langkah kita untuk selalu dalam Hidayah-NYA.


([1]) الدر المنثور – (ج 5 / ص 198(