Oleh Rosita Budi Suryaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, PerempuWallpaper Muhammad Rasulullah (26)an yang menjadi dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair) Surabaya ini terbilang ramah. Terlebih dengan usianya yang sudah di kepala lima. Jilbab yang membalut kepalanya mengukuhkan dia sebagai Muslimah. Hanya, tak banyak yang tahu jika Nina – sapaan akrabnya – bukan terlahir sebagai Muslimah.

Masa kecil Indah Purnamawati dipenuhi dengan dogma agama. Kehidupan keluarga yang taat pada ajaran Katolik membuat imannya mantap. Hanya, rasa ingin tahu terhadap Islam timbul pada diri Indah yang membuat jalan hidupnya berubah selamanya.

Perempuan yang akrab disapa Nina ini terlahir sebagai Katolik. Sejak TK hingga SMP, ia selalu mengenyam pendidikan di sekolah Katolik. Ketika duduk di bangku SMA, ia bersekolah di SMA negeri. Saat itu, matanya terbuka, ternyata ia hidup menjadi minoritas di antara banyak kawannya yang Muslim.

Saat menghadapi syok karena melihat kebiasaan baru agama lain, ia sering penasaran. Misalnya, ia melihat ada temannya yang membawa mukena ke sekolah dan mengetahui apa saja ibadah wajib yang harus dilakukan oleh umat Islam. “Saya dulu melihat, kok Islam itu ribet banget, ya,” ujarnya kepada RoL, pekan lalu.

Ia juga dekat dengan lelaki Muslim, yang kemudian menjadi kekasihnya kala itu. Pria ini selalu mengiringnya agar ia masuk menjadi Muslim. “Saya tidak suka dengan cara seperti ini sehingga saat itu saya jadi benci setengah mati dengan Islam,” katanya.

Namun, saat duduk di kelas dua SMA, ia justru mulai tertarik dengan Islam. Rasa penasarannya yang sangat tinggi membuatnya banyak belajar hal baru dan informasi-informasi mengenai Islam. “Bahkan, saya iseng-iseng ikut pelajaran agama Islam juga,” ujarnya.

Saat itu, ketika datang waktu ulangan pelajaran agama Islam, ia harus mencontek juga belajar menghafal mati-matian agar tidak terlalu jelek nilainya. Ketika masa kuliah, ia semakin dekat dengan Islam. Teman indekos sekamarnya Muslim yang taat dan banyak mempunyai buku agama yang menarik perhatiannya. “Awalnya ngumpet-ngumpet bacabuku agama teman saya ini dan lama-lama tertarik,” kata Nina.

Banyak pengetahuan baru yang didapatnya ketika mempelajari Islam. Salah satunya adalah kenyataan Allah itu bersifat esa dan tidak diperanakkan. Setelah banyak membaca buku agama  Islam, rasa ingin tahunya semakin besar. Ia akhirnya berani membuka Alquran yang di dalamnya ada terjemahannya. “Melihat bahasanya, saya nggak ngerti sama sekali,” ujarnya.

Namun,  ia tidak menyerah. Ia terus membuka Alquran dan membaca buku-buku agama. Melalui proses yang panjang, Nina akhirnya merasakan mendapatkan hidayah. Hingga ia minta diajarkan shalat oleh teman. Pada 1983, ia akhirnya mantap mengucapkan syahadat di depan teman-teman juga ustaz yang membimbingnya.

Awalnya, Nina menyembunyikan identitas barunya sebagai Muslim apalagi di depan keluarga. Karena, ia tahu keluarganya adalah penganut Katolik yang taat. Suatu hari, keluarganya akhirnya mengetahui juga. Saat itu, orang tuanya melihat ia sedang shalat. Ia pun kemudian dimarahi habis-habisan oleh bapaknya. “Saat dimarahi itu, saya ya diam saja terus,” katanya.