Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS.An-Naml 27:88)

Para ahli tafsir klasik agak kesulitan menjelaskan ayat di atas. Gunung yang jelas-jelas besr dan berhenti, kok disebut terbang melayang? Al-Khazin dalam tafsirnya Lubabut Ta’wii fi Ma’anit-Tanzil mengatakan bahwa gunung-gunung itu tadinya beterbangan di udara, lantas jatuh ke bumi menancap sehingga memperkokohnya. Sedangkan al-Baghawy dalam tafsir Ma’alimut-Tanzil mengatakan bahwa ayat tadi menggambarkan hari kiamat. Saat itu, gunung-gunung akan beterbangan seperti awan.

Wahbah Zuhaily, mufassir tahun 2000, dalam tafsir Al-Wasith juga menyebutkan bahwa ayat itu tentang hari kiamat. Padahal, bunyi ayat tadi jelas: Engkau melihat gunung seperti tidak bergerak, padahal dia terbang. Ini tentunya mengenai kejadian sekarang. Sebab di hari kiamat nanti, ketika gunung sedang beterbangan, akan terlihat beterbangan juga.

Cara Allah menyandingkan sifat gunung yang diam sekaligus terbang memerlukan tafsir ilmiah. Sains menemukan bahwa bumi kita ini sedang berputar berotasi dengan kecepatan 1670 km per jam. Manusia yang sedang berdiri di permukaannya, tidak merasa bahwa sebetulnya dia tidak diam, tetapi sedang melaju secepat peluru. Artinya, gunung-gunung juga sedang melaju secepat itu. Padahal tampaknya diam berdiri kokoh. Lalu pada saat yang sama bumi juga melayang mengitari matahari dengan kecepatan lebih tinggi lagi, 108.000 km per jam. Jadi manusia dan gunung-gunung yang tampak diam, sebenarnya sedang melesat 60 kali kecepatan peluru. Ternyata matahari juga tidak berhenti. Dia sedang melaju bersama planet-planetnya mengitari pusat galaksi Bima Sakti denagn kecepatan 720.000 km per jam. Lebih dari 400 kali kecepatan peluru. Dan galaksi Bima Sakti kita bersama 200 miliar mataharinya juga sedang melesat dengan kecepatan 950.000 km per jam mengarungi angkasa luar. Allaahu Akbar.

Jadi, manusia, gunung, dan benda-benda di bumi saat ini sedang melayang dengan kecepatan yang sangat berbahaya, hamper sejuta km per jam. Setiap saat bisa terjadi tabrakan fatal dengan benda langit yang melintas. Tetapi manusia tidak merasakan gerakan itu. Manusia tidak khawatir apa-apa. Masih tenang-tenang saja berbuat maksiat. Astaghfirullahal ‘adzim…

Sumber: “Mukjizat Sains dalam Al Qur’an” oleh Ir. H. Bambang Pranggono, MBA., IAI