Bertasbih kepada-Nya tujuh langit dan bumi dan siapa yang ada di sana, dan tidak ada sesuatu pun yang tidak bertasbih memuji-Nya, namun kamu tidak paham tasbih mereka, sesungguhnya Dia Maha Lembut dan Maha Pengampun.” (QS.Al-Israa’ 17:44)

Haikal, alumnus Teknik Planologi Unisba, mengaku bahwa dia bisa bercakap-cakap dengan pohon. Suatu hal yang tidak masuk akal bagi anggapan umum. Tetapi dia tidak sendirian, komunitas orang-orang yang memiliki kemampuan di luar normal semacam itu jumlahnya banyak di dunia. Ternyata, Islam pun tidak menolak fenomena seperti itu.

Dalam Sahih Bukhori kitab Al Manaqib tertulis sejarah sebuah tiang yang diberi nama ‘istiwanah al mukhallaqah di Mesjid Nabawi, Madinah. Ubay bin Ka’ab r.a meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW selalu sholat di dekat tiang mesjid yang terbuat dari tunggul batang kurma dan bersandar pada batang itu waktu berkhutbah. Kemudian seorang sahabat membuatkan mimbar dengan tiga anak tangga supaya Rasululllah SAW bisa tampak dari barisan belakang. Ketika beliau mulai memakai mimbar yang baru, terdengar oleh para jama’ah suara jeritan batang kurma yang ditinggal, sedih karena tidak disentuh lagi oleh tangan beliau yang mulia. Menurut Jabir r.a rintihannya seperti suara unta 10 bulan. Mendengar suara itu, Rasulullah SAW turun lagi dari mimbar, mengusap batang kurma itu, dan membujuknya sampai tenang berhenti menangis. Hasan al-Bashri dalam Fathul Baari berkomentar, “Batang kurma saja merintih rindu agar Rasulullah SAW kembali padanya, manusia seharusnya lebih rindu lagi bertemu beliau.”

Di waktu yang lain, diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW memanggil sebuah pohon, lalu pohon itu menghampiri. Ketika Rasulullah SAW bersama Abu Bakar dan Umar berjalan di lereng gunung, terjadi gempa kecil,beliau berbicara kepada gunung, “Wahai gunung, diamlah, di atasmu ada utusan Allah dan dua manusia utama.” Gempa itu pun berhenti. Pada waktu Rasulullah SAW hijrah ke Madinah, untuk menentukan lokasi mesjid Nabawi, beliau menyerahkan kepada untanya yang bernama Qaswah, “Ikuti saja untaku, di mana dia berhenti dan mendekam, di sana mesjid harus dibangun, karena untaku dibimbing Allah.”

Berbicara kepada pohon, tanaman, binatang, dan gunung batu dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Selama ini, bicara dengan semut, burung, dan angin dianggap monopoli mukjizat Nabi Sulaiman a.s yang tidak mungkin dicapai manusia lain. Rasanya pembatasan itu tidak mutlak dan bisa dilonggarkan (ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits harus menjadi inspirasi bagi hidup manusia sekarang). Peristiwa-peristiwa aneh yang disebut mukjizat para nabi itu dulu berfungsi meyakinkan umatnya yang kafir. Tetapi bagi umat yang sudah beriman hari ini, peristiwa-peristiwa ganjil itu harus beralih fungsi menjadi isyarat untuk diteliti lebih lanjut. Selama penelitian ilmiah tentang mukjizat ditujukan untuk memperkuat aqidah bukan menggoyahkannya, dia harus didukung penuh. Mukjizat tidak haram diteliti.

Dr. Zajir Abdul Karim, seorang ilmuan india, ketika berceramah di Pusat Riset King Fahd Hospital di Jeddah menyebutkan tentang penemuan sains modern bahwa semua tumbuhan bisa merasakan sakit. Tumbuh-tumbuhan bisa merasa bahagia, sedih, dan bisa menjerit kesakitan. Masya Allah… Telinga manusia tidak dapat mendengarnya karena frekuensi jeritan yang berbeda. Suatu percobaan di labolatorium menghubungkan tanaman dengan elektroda, untuk meneliti apakah tumbuh-tumbuhan yang dicincang bisa “mengenali” orang yang mencincangnya. Lonjakan grafik terjadi di monitor ketika orang yang mencincangnya masuk ke ruangan. Ini membuktikan tentang hal itu. Konon, tanaman yang dirawat dengan kasih sayang sambil diajak bercakap-cakap, bisa tumbuh lebih sehat dan subur.

Larangan memotong pohon-pohonan, memindah batu-batuan, dan berburu di tanah haram, seharusnya menimbulkan renungan inspirasi bagi ilmu ekologi. Firman Allah SWT di atas telah membuktikannya. Dalam Al-Qur’an dan hadits masih banyak terdapat keterangan yang menjelaskan tentang sujud dan tasbihnya gunung, ikan, dan rumput. Seharusnya hal ini mendorong ilmuan Muslim lebih aktif meneliti komunitas antar manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan batu-batuan. Wallahu a’lam…

Sumber: “Mukjizat Sains dalam Al Qur’an” oleh Ir. H. Bambang Pranggono, MBA., IAI