PERTANYAAN KE ENAMBELAS

Kejadian Alam Menurut Alkitab

16 petang

Kejadian 1:1-19

(1) Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. (2) Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. (3) Berfirmanlah Allah: "Jadilah terang." Lalu terang itu jadi. (4) Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap. (5) Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama. (6) Berfirmanlah Allah: "Jadilah cakrawala di tengah segala air untuk memisahkan air dari air." (7) Maka Allah menjadikan cakrawala dan Ia memisahkan air yang ada di bawah cakrawala itu dari air yang ada di atasnya. Dan jadilah demikian.

(8) Lalu Allah menamai cakrawala itu langit. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kedua. (9) Berfirmanlah Allah: "Hendaklah segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering." Dan jadilah demikian. (10) Lalu Allah menamai yang kering itu darat, dan kumpulan air itu dinamai-Nya laut. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. (11) Berfirmanlah Allah: "Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji, supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi." Dan jadilah demikian. (12) Tanah itu menumbuhkan tunas-tunas muda, segala jenis tumbuh-tumbuhan yang berbiji dan segala jenis pohon-pohonan yang menghasilkan buah yang berbiji. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. (13) Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari ketiga.

(14) Berfirmanlah Allah: "Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang dari malam. Biarlah benda-benda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun, (15) dan sebagai penerang pada cakrawala biarlah benda-benda itu menerangi bumi." Dan jadilah demikian. (16) Maka Allah menjadikan kedua benda penerang yang besar itu, yakni yang lebih besar untuk menguasai siang dan yang lebih kecil untuk menguasai malam, dan menjadikan juga bintang-bintang. (17) Allah menaruh semuanya itu di cakrawala untuk menerangi bumi, (18) dan untuk menguasai siang dan malam, dan untuk memisahkan terang dari gelap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. (19) Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keempat.

Pada ayat ke 5 (lima) disebutkan bahwa : “Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama.”

Juga ayat yang ke 8 (delapan) disebutkan:

“Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kedua.”

Dan ayat ke 13 (tiga belas) disebutkan :

“Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari ketiga.”

Pertanyaannya :

Dari mana penulis Alkitab tersebut tahu dan bisa menentukan PETANG, PAGI, HARI PERTAMA, HARI KEDUA dan HARI KETIGA, sementara matahari bulan, bintang baru diciptakan pada hari ke empat? Bukankah untuk menentukan PETANG harus ada matahari yang sudah hampir terbenam? Bukankah untuk menentukan PAGI, harus ada matahari yang baru terbit? Dan bukankah untuk menentukan HARI PERTAMA, KEDUA & KETIGA, harus ada perputaran bumi mengelilingi matahari selama 24 jam?

Kalau hari ke empat pada ayat ke 19 (sembilan belas) dikatakan : ”Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keempat”, hal ini dapat bisa diterima akal, sebab matahari, bulan dan bintang diciptakan pada hari keempat itu. Tetapi hari pertama, kedua dan hari ketiga, apa tolak ukur penulis menentukan petang, pagi, hari pertama, kedua dan hari ketiga sementara matahari, bulan dan bintang baru diciptakan pada hari ke empat?

Jika ada yang bisa membuktikan secara science atau ilmu pengetahuan tentang keberadaan PETANG, PAGI, HARI PERTAMA, KEDUA dan KETIGA, kami sediakan hadiahnya berupa uang tunai Rp. 10.000.000.- dan mobil Honda Jazz.

Perputaran bumi pada porosnya, serta peredaran bulan dan matahari yang masing-masing beredar pada garis edarnya, tidak mungkin bisa dihentikan oleh manusia, sebab itu sudah menjadi sunnatullah yang tidak bisa dikendalikan oleh manusia. Al Qur`an menjelaskan :

Qs 21 Al Anbiyaa` 33

Wa huwal ladzii khalaqal laila wan nahaara wasy-syamsa wal qamara kullum fii falakiy yasbahuun.

Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.

Qs 36 Yaasin 38

Wasy syamsu tajrii li mustaqarril lahaa dzaalika taqdiirul `aziizil `aliim.

Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui

Qs 36 Yaasin 40

Lasy syamsu yambaghii lahaa an tudrikal qamara wa lal lailu saabiqun nahaari wa kullun fii falakiy yasbahuun.

Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.

Ayat-ayat Al Qur`an tersebut tidak disangsikan lagi kebenarannya karena sangat sesuai dengan science atau ilmu pengetahuan. Dari mana Nabi Muhammad tahu bahwa matahari dan bulan beredar pada garis edarnya, sementara pada waktu itu ilmu pengetahuan belum sampai kesana? Tentu saja beliau tahu karena diberi tahu oleh Yang Maha Tahu, yaitu Allah SWT.