Sekilas tentang Sejarah Ka’bah

Sebagaimana telah diketahui, Ka’bah merupakan salah satu peninggalan Nabi
kakbah Ibrahim (Abraham) yang dihormati oleh seluruh Agama samawi, baik Yahudi, Nasrani terlebih Islam. Ka’bah adalah suatu bangunan berbentuk kubus, mirip dengan sebuah kamar besar terbuat dari batu-batu kuat dan tahan lama, atapnya ditopang oleh pilar pilar kayu berharga. Dibantu oleh putranya Nabi Ismail (Ismael), Nabi Ibrahim membangun kakbah atas perintah Allah SWT sebagai tempat bersembah sujud kepadaNya atau sebagai Masjid yang didalamnya dikumandangkan keagungan nama-Nya.

Amat sangat banyak kesukaran yang dihadapi Nabi Ibrahim a.s ketika beliau berjuang mengurangi Paganisme (penyembah Berhala) dan ketika beliau berusaha menghancurkan tempat tempat pemujaan berhala. Kemudian Allah mewahyukan kepadanya agar membangun sebuah rumah (Ka’bah) untuk dijadikan Lambang Tauhid, sekaligus pula sebagai tempat yang aman bagi semua orang

Dengan demikian jelaslah sudah bahwa Ka’bah bukan bangunan untuk disembah sembah. Ka’bah itu sendiri bukan lain adalah batu batu pasangan yang tidak dapat mendatangkan suatu manfaat atau keburukan sedikitpun.

Pemugaran Ka’bah

Lima tahun sebelum Nabi Muhammad SAW diutus menjadi Rasulullah, Mekkah dilanda banjir besar dan airnya meluap mencapai pelataran al-Baitul Haram sehingga mengakibatkan bangunan ka’bah hampir ambruk. Orang-orang Quraisy terpaksa merenovasi bangunannya untuk menjaga reputasinya dan bersepakat untuk tidak membangunnya dari sembarang sumber dana selain dari sumber usaha yang baik dan halal; mereka tidak mau memakai dana dari mahar hasil pelacuran transaksi yang mengandung riba dan hasil pemerasan terhadap orang-orang. Mereka merasa segan untuk merobohkan bangunannya, sampai akhirnya dimulai oleh al-Walid bin al-Mughirah al-Makhzumi baru kemudian diikuti oleh yang lainnya setelah mereka melihat tidak terjadi apa-apa terhadapnya. Mereka terus melakukan perobohan hingga sampai ke pondasi pertama yang dulu diletakkan oleh Ibrahim ‘alaihissalam . Setelah itu mereka memulai perenovasiannya; pertama-pertama mereka membagi bagian bangunan ka’bah yang akan dikerjakan beberapa bagian, yaitu masing-masing kabilah mendapat satu bagian dan mengumpulkan sejumlah batu sesuai dengan jatah masing-masing.

Pembagian Job

Bagian Pertama yaitu bagian yang dekat dengan pintu Ka’bah diserahkan kepada Bani(keluarga) ‘abdu Manaf dan Bani Zuhrah, Bagian Kedua yaitu antara Rukn Aswad dan Rukn Yamani diserahan penerjaannya kepada Bani Makhzum dan bebrapa suku Quraish yang lainnya. Bagian ketiga yaitu Bagian belakang Ka’bah diserahkan pengerjaannya kepada Bani  Jamh dan Bani Samh. Sedangkan bagian Keempat yaitu Syiqqul-Hijr atau Al-hatim diserahkan penerjaannya kepada Bani Asad Bin Qushai dan Bani ‘Adi bin Ka’ab

kakbah2

Asal Mula Perselisihan

Tatkala pengerjaan tersebut sampai ke pada peletakan kembali Hajar Aswad , terjadilah perselisihan dan pertengkaran antar semua kabilah Quraish. Masing masing menginginkan agar kabilahnya sendiri yang mengangkat dan meletakkan Hajar Aswad (Batu Hitam). Pertengkaran berkembang menjadi pertikaian hingga kabilah satu bersekutu mendukung kabilah yang lainnya untuk memperkuat tuntutannya dan nyaris terjadi pertempahan darah. dan pertikaian tersebut berlangsung selama empat atau lima malam bahkan semakin meruncing sehingga hampir terjadi peperangan yang maha dahsyat di tanah al-Haram

Kebijaksanaan Muhammad saw.

Umayyah bin al-Mughirah al-Makhzumi mencoba  menengahi dan menawarkan usulannya

“Hai Kaum Quraish, untuk mengakhiri pertengkaran diantara kalian itu, serahkan saja kepada orang pertama yang pada hari ini memasuki pintu Ka’bah”.

Usulan tersebut disetujui dengan bulat. Ketika tampak Nabi Muhammad saw.memasuki pintu ka’bah, dengen serentak mereka berucap” Nah, Inilah Al-Amin (orang terpercaya) kita rela dan puas menerima keputusannya, Setibanya Muhammad saw dtengah mereka dan mereka menjelaskan duduk perkaranya kepada beliau, Baliau meminta selembar kain lalu dihamparkan, kemudian mengambil Hajar Aswad dn meletakkan diatasnya. Kepada mereka beliau berkata

” setiap kabilah hendaknya memegang pingiran kain lalu angkat bersama sama.”

Setibanya ditempat penyimpanan Hajar Aswad, beliau lalu mengambilnya dan meletakkannya pada tempat semula. Dengan cara ini berakhirlah semua perselisihan, masing masing kabilah merasa lega dan pemugaran ka’bah bisa dilanjtkan hingga selesai.

Peristiwa diatas menunjukkan bertapa besar kebijaksanaan Muhammad dalam upaya mengatasi perselisihan hingga berakhir dengan kesepakatan berama. Keberkahan yang mengiringi kebijak sanaan beliau merupakan petanda yang menunjukkan bahwa saat kenabian belai segera tiba

Rujukan .

Sirahtul Mustafa Shalallahu ‘alaihi wasallam karya HMH. Al-hamid Al-Hisaini

Kitab Ar-Rahiqul Makhtum karya Syaikh Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury

ARTIKEL SEBELUMNYA