okeaza

Februari 19, 2014 pukul 10:27

Penjelasannya masuk akal juga, Tapi kekacauan urutan kitab dalam Quran apakah 1506612259_a12f6bedfc_obukan karena aspek lain yaitu” Sejarah Penyusunannya”? Bukankah Quran dikumpulkan baru dibukukan , bagaimana mekanisme pengurutan ?

Om Crist

Februari 19, 2014 pukul 13:03

pertanyaan menarik, ada perbedaan yang sanagt mencolok antara ALQURAN dan Bible, silahkan baca ini http://kristolog.com/2013/07/09/rekaman-dan-penyusunan-al-quran/

okeaza

Februari 26, 2014 pukul 09:19

@Om Crist

1.Setahu saya quran :

Diturunkan dari langit (lauh mafuz)

Menurut saya berarti quran sudah “jadi” termasuk urutan2an ayat , Hanya kemudian diturunkan kepada muhammad untuk dihafal dan ditulis kembali

Benarkah demikian??

2.Sehubungan dengan penyusunan nya …apakah

Tidak mengikuti apa yang sudah jadi “yg dilauhmahfuz” itu?? (Terlepas dari polemik cara penyusunan/pengumpulan)

Jadi Ide pengumpulan jadi 1 kitab juga muncul belakangan karena kekhawatiran lenyapnya quran secara pelan2 karena penghafal banyak yang mati. Jadi ide kitab spt skrng “tidak dari semula”

Sehingga kesusahan pengumpulan, adanya dialek berbeda2 harusnya tidak perlu terjadi, juga adanya kemungkinan ada ayat2 yang hilang

Mohon tanggapannya…

Om Crist

Februari 26, 2014 pukul 18:04

betul, berarti anda tidak membaca Link yang saya berikan 🙂

semua susunan dan letak ayat sudah ditentukan oleh Allah yang kemudian disampaikan oleh Nabi kepada para sahabat, dan sahabat pun menghafalnya sesuai urutan tersebut, anda bisa melihat buktinya dari beberapa hadis dari artikel yang saya berikan

pada zaman nabi, Alquran disamping di hafal, juga dituslis di lembaran lembaran kulit unta, pelepah kurma dan daun, kemudian setelah Nabi meninggal berulah muncul ide untuk membukukannya, kenapa baru setalah Nabi Meninggal??? karna setelah Nabi meninggal berarti Alquran sudah Komplit dan tidak turun lagi,

dalam pembukuan alquran, sahabat tidak hanya menggandalkan hafalan para penghafal Alquran, akantetapi harus ada bukti suhuf atau lembaran lembaran yang ditulis dihadapan nabi secara langsung juga dan disertai saksinya, perbedaan dialek itu memang pernah terjadi, makanya sahabat Usman Bin Affan marah manakala membaca alquran dengan dialek yang lain, harusnya dialek yang asal yakni dialek Quraisy

bagaimana dengan bible?

okeaza

Februari 26, 2014 pukul 23:02

1. Tidak ada pesan terakhir dari Muhammad untuk membukukan Quran kalau dia meninggal atau harus diapakan firman2 itu

“Berarti tidak ada wahyu penutup”

2.Lengkap tidaknya Quran bukannya ditentukan oleh Allah/Jibril sebagai pemberi wahyu (otoritas) kalau cukup ya cukup

Bukan berdasar meninggal tidaknya nabi

“Kalau sudah meninggal berarti lengkap” wahyunya berhenti

3. Dari riwayat yg saya baca Ide itu berawal dari “kekhawatiran” makan dikumpulkanlah musaf2 itu, kemudian disempurnakan lagi dengan penyeragaman dialek

Jadi bukan berawal dari pemikiran “Quran sudah lengkap mari kita satukan menjadi buku/kitab”

Apakah benar demikian??

Om Crist

Februari 27, 2014 pukul 06:02

anda ini tidak tahu tetapi sok tahu, bertanyalah sebagaimana layaknya orang bertanya, jangan bersikap seperti ini seolah oleh anda sudah tahu semuanya dan saat ini anda sedang mengkritisi pengetahuan orang lain,

1. perintah untuk menilskan alquran itu sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad masih hidup, bahkan saking menjaganyanya keaslian alquran, beliau melarang menulis apapun kecuali alquran (Ahmad, Vol. 1, halaman 171, dan Sahih Muslim). dan ayat terkhir yang turun adalah

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلامَ دِيناً

“Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. Al-Maidah: 3)

2. Nabi Muhammad adalah utusan Allah, dan Alquran adalah Kitab dari Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad. SAW. apa mungkin Allah SWT sudah mengambil Nabi Muhammad sementara wahyu Alquran belum selesai diturunkan??? lantas mau diturunkan kapada siapa lagi ayat alquran itu? sementara Nabi Muhammad adala Nabi yang terakhir

3. yang dilakukan oleh para sahabat itu adalah pengumpulan sekali lagi Pengumpulan dan mengkompilasi, bukan menulis dari awal, karna suhur suhuf sudah ditulis sejak zaman nabi sebagaimana perintah nabi, mengenai dialek dan tidak ada istilah penyeragaman dialek, karna alquran sudah sejak awal berdialek Quraisy,

bagaimana dengan bible?

okeaza

Februari 27, 2014 pukul 13:18

Ok sabar Om

1.Saya setidaknya sudah mendapat pengetahuan bahwa urutan Quran yang dibilang kacau balau itu ternyata memang sudah sesuai dengan yang telah tertulis di “Lauh Mahfuz”

Tapi saya ada pertanyaan lagi ayat2 Quran diturunkan bilamana ada suatu peristiwa yang melatarbelakangi sehingga ayat Quran diturunkan sebagai aturan atau petunjuk atau jawaban dalam bersikap atau menyelesaikan masalah tersebut

Jadi hukum sudah tertulis sedang kejadiannya baru terjadi belakangan

Fenomena apa ini? Kalau nubuat bukan spt itu

2. Kembali ke penyusunan

– anda mengakui ada beragam dialek tapi menyangkal penyeragaman dialek

Kalau memang dari awal patokannya dialek Quraisy kenapa bisa terjadi bermacam2dialek?

– apakah dialek mempengaruhi arti dari ayat2 Quran?

– kalau tidak mau dibilang penyeragaman atau standarisasi apa bukti skrip paling tua dari Quran (apakah asli yg ditulis sahabat nabi) atau yang sudah disempurnakan (mungkin tanda baca dll)

Kitab yang sempurna ternyata harus disempurnakan lagi padahal sudah pleg dg yg diLauh Mahfuz

Om Crist

Februari 27, 2014 pukul 13:50

1. islam tidak mengenal namanya nubuat yang sering di elu elukan oleh orang nasrani dalam biblenya yang ternyata banyak nubuat yang meleset, bahkan ketik nubuat itu di ucapkan oleh yesus sendiri, namun banyak informasi yang disampaikan oleh alquran terbukti kebenarannya terutama yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan.

2. coba anda fahami kemantar saya, Alquran itu turun dalam dialeq Quraisy, kemudian ada sahabat dalam menyebarkan islam kepenjuru jazirah arab, mengajarkan alquran dengan dialeq yang disesuaikan dengan lidah suku setempat, hal ini sangat dilarang dan Sahabat Usman Bin affan marah besar, oleh karna itu saat menyebarkan alquran, sahabat Usman juga menyertakan guru guru alquran untuk mengajarinya agar sesuai dengan dialek asal

dialeq tidak mengubah arti dan makna,

bagaimana dengan bible??? sekali lagi bagaimana dg bile???

okeaza

Maret 3, 2014 pukul 17:12

“Dan ingatlah, ketika Nabi membicarakan secara rahasia, kepada salah seorang dari istri-istrinya (Hafsah), suatu peristiwa. Maka tatkala (Hafsah) menceritakan peristiwa itu (kepada Aisyah), dan Allah memberitahukan hal itu (semua pembicaraan antara Hafsah dengan Aisyah) kepada Muhammad, lalu Muhammad memberitahukan sebagian (yang diberitakan Allah kepadanya), dan menyembunyikan yang sebagian yang lain (kepada Hafsah). Maka tatkala (Muhammad) memberitahukan pembicaraan (antara Hafsah dan Aisyah), lalu Hafsah bertanya: ‘Siapakah yang memberitahukan hal ini kepadamu’. Nabi menjawab: ‘Telah diberitahukan kepadaku, oleh Allah Yang Maha Mengetahui, lagi Maha Mengenal’.” – (QS.66:3)

Mari kita bayangkan “ayat ini ” sudah tertulis di “Lauh Mahfuz” disisi Allah dilangit ke7 turun ke bumi

Oleh Jibril diwahyukan kepada Muhammad

Ditulis dalam Quran yang notabene murni “Firman Allah”

Jika tanda2 kurung di hapus apa yang yang terjadi sungguh “firman yang membingungkan”

Bagaimana dengan bible…

Bible belum tertulis di manapun sebelum segala sesuatu yang tertulis didalamnya terjadi

Bible bukan hasil copy dari langit

Om Crist

Maret 3, 2014 pukul 19:42

tanda kurung adalah penjelasan dari penerjemah alquran, agar orang yang membaca terutama pembaca yang awam mengetahui apa yang dimaksud oleh ayat tersebut. namun dalam teks asli tidak ada tanda kurung/tambahan, tak seorang pun beranimelakukannya, para penerjemah hanya memberi penjelasan dalam terjemahannya saja, itupun mereka kasih tanda kurung agar pembaca bisa membedakan mana terjemahan mana penjelasan

saya akan bertanya seperti anda bertanya kepada saya

1. siapa penulis bible?

2. siapa yang memerintahkan menulis dan untuk apa?

3. bagaimana cara mereka menulisnya? dalam arti sumber bible tersebut mereka peroleh dari mana?

monggo dijawab, sekarang giliran anda yang menjawab pertanyaan saya

arief

Februari 28, 2014 pukul 07:09

@oom Christ

Si Okeaza alias purwo alias mie ayam ini itu memang ibarat kuman di sebrang lautan tampak tapi gajah di pelupuk matanya sendiri dia tidak dapat melihatnya.

Sudah jelas di Biblenya banyak kesalahannya dan penyusunannya yang tidak jelas baik siapa yang meriwayatkan atau kevalidannya bahkan bahasa aslinya, tapi dia sudah berani menjudge Kitab suci agama lain padahal yang dia kritisi itu juga bukan hal yang krusial.

Contoh saja masalah bahasa asli. Di Al qurán jelas bahasa asli adalah bahasa yang digunakan oleh Nabinya bahkan sampai dialeknya pun juga harus sesuai dengan dialek Nabinya.

Nah bibel yang paling dianggap asli ternyata berbahasa yunani padahal jelas yesus tidak pernah berbahasa yunani apalagi sampai ke masalah dialeknya. Harusnya itu yang anda kritisi ke pendeta/pastur/ulama anda.

Om Crist

Februari 28, 2014 pukul 14:50

heee iya, makanya pertanyanku dari kemaren g dijawab jawab

arief

Maret 3, 2014 pukul 07:08

@oom christ

Percuma nunggu jawabannya dari dia soalnya menurut oke aza:

“Sebaiknya thread ini lebih banyak menjawab daripada terjebak dalam pertanyaan balik”

Jadi menurut dia, diskusi di sini ga boleh 2 arah tetapi monoton alias dia tanya kita jawab. klo kita tanya balik itu namanya kita terjebak. 😀

Om Crist

Maret 3, 2014 pukul 19:48

kalau dia g ngejawab pertanyanku, maka aku tidak akan menjawab pertanyaannya, masak dia doang yang tanya heee

betul g?

arief

Maret 4, 2014 pukul 07:03

betul sekali oom christ. saya saja nanya juga ga pernah di jawab