penciptaan alam

Timbulnya  binatang-binatang,  menurut  Kitab Kejadian, bermula    dengan    binatang-binatang     laut     dan burung-burung.   Menurut   Bibel,   adalah   pada  hari keesokannya bahwa bumi  dihuni  oleh  binatang-binatang (kita akan melihatnya dalam ayat-ayat selanjutnya);

Sudah  terang  bahwa asal kehidupan itu dari laut; kita akan  membicarakan  hal  tersebut  pada  bagian  ketiga daripada  buku  ini.  Setelah adanya kehidupan di laut, daratan  dihuni  oleh  binatang-binatang.   Di   antara binatang-binatang  yang  hidup  diatas  bumi, ada suatu jenis reptil (binatang melata)  yang  dinamakan  pseudo suchiens   yang  hidup  pada  periode  kedua  dan  yang dikirakan   menjadi   asal   burung-burung.    Beberapa sifat-sifat biologis yang bersamaan menguatkan sangkaan ini. Tetapi binatang-binatang  darat  tidak  disebutkan oleh Kitab Kejadian, kecuali pada hari ke enam, setelah munculnya burung-burung, oleh karena  itu  maka  urutan munculnya  binatang  darat  dan burung-burung tak dapat diterima.

Ayat 24 sampai 31

  1. “Maka firman Allah: hendaklah bumi itu mengeluarkan kejadian yang hidup dengan tabiatnya yaitu daripada yang jinak dan yang menjalar dan yang liar, tiap-tiap dengan tabiatnya, maka jadilah demikian.
  2. Maka dijadikan Allah akan segala binatang yang liar di atas bumi itu dengan tabiatnya, dan segala binatang yang jinak pun dengan tabiatnya dan segala binatang yang menjalar di atas bumipun dengan tabiatnya, maka dilihat Allah itu baiklah adanya.
  3. Maka firman Allah: Baiklah kita menjadikan manusia atas peta dan atas teladan kita supaya diperintahkannya segala ikan yang di dalam laut dan segala unggas yang di udara dan segala binatang yang jinak dan seisi bumi dan segala binatang melata yang menjalar di tanah.
  4. Maka dijadikan Allah akan manusia itu atas petanya yaitu atas peta Allah dijadikannya ia, maka dijadikannya mereka itu laki-laki dan perempuan.
  5. Maka diberkati Allah akan keduanya serta firmannya kepadanya: berbiaklah dan bertambah-tambahlah kamu dan penuhilah olehmu akan bumi itu dan taklukkanlah dia, dan perintahkanlah segala ikan yang di dalam laut dan segala unggas yang di udara dan segala binatang yang menjalar di atas bumi.
  6. Lagi firman Allah: bahwa sesungguhnya Aku telah memberikan kamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji-biji di atas seluruh muka bumi dan segala pohon yang berbuah dengan berbiji itu akan makananmu.
  7. Tetapi akan segala binatang liar yang di bumi dan segala binatang yang menjalar di atas bumi, yang ada nyawa hidup dalamnya, maka Aku mengaruniakan segala tumbuh-tumbuhan yang hijau akan makanannya maka jadilah demikian.
  8. Maka dilihat Allah akan tiap-tiap sesuatu yang dijadikannya itu, sesungguhnya amat baiklah adanya. Setelah petang dan pagi, maka itulah hari yang ke enam.”

Ini adalah gambaran selesainya penciptaan  alam.  Dalam gambaran  itu pengarang menyebutkan segala makhluk yang hidup   yang   tidak   disebutkan    sebelumnya,    dan mengingatkan  kepada  bahan makanan yang bermacam-macam yang diperuntukkan bagi manusia dan binatang.

Kesalahannya, sebagai yang  telah  kita  lihat,  adalah dalam  menempatkan  munculnya  binatang-binatang  darat sesudah burung-burung. Tetapi munculnya manusia di atas bumi   di  tempatkan  secara  benar  sesudah  munculnya makhluk-makhluk hidup yang lain.

Riwayat  penciptaan  alam  selesai  dengan  tiga   ayat pertama dari fasal II.

  1. “Demikianlah sudah dijadikan langit dan bumi serta dengan segala isinya.
  2. Maka pada hari yang ke tujuh setelah sudah disampaikan Allah pekerjaannya yang telah diperbuatnya itu, maka berhentilah ia pada hari yang ke tujuh itu dari pekerjaannya, yang telah diperbuatnya.
  3. Maka diberkati Allah akan hari yang ke tujuh itu serta disucikannya karena dalamnya ia berhenti dari pekerjaannya, yang telah diperbuatnya, akan menyempurnakan dia.
  4. Maka demikianlah asalnya langit dan bumi pada masa itu dijadikan, tatkala diperbuat Tuhan Allah akan langit dan bumi. “

Ayat mengenai hari ketujuh ini memerlukan komentar: Pertama mengenai arti kata-kata. Teks  tersebut  adalah terjemahan  dari  Lembaga Bibel Yerusalem. Ayat pertama berbunyi: “Demikianlah sudah dijadikan langit dan  bumi serta  dengan  segala isinya.” Perkataan terakhir dalam bahasa Perancis terjemahan Lembaga Al  Kitab  Yerusalem berbunyi  “avec toute leur armee,’ yang artinya, dengan segala bala tentaranya.

Ayat kedua mengandung  kata,  berhentilah  ia  daripada pekerjaannya.  Yang dimaksudkan adalah beristirahatlah, sebagai terjemahan Ibrani “chabbat.”  Dan  sampai  hari ini,  hari  Sabtu  merupakan  hari istirahat bagi orang Yahudi.

Sudah terang bahwa  “istirahat”  yang  dilakukan  Tuhan setelah  bekerja  keras  selama  enam hari adalah suatu legenda, akan tetapi legenda itu ada tafsirannya.  Kita harus  ingat  bahwa  riwayat penciptaan Tuhan yang kita bicarakan di sini berasal dari tradisi sakderdotal atau tradisi  pendeta-pendeta,  yakni  tradisi  yang ditulis oleh  para  pendeta  atau  juru  tulis  yang  merupakan pewaris spiritual dari Yehezkiel, nabi Bani Israil pada waktu pengasingan di Babylon, pada  abad  VI  SM.  Kita mengetahui  bahwa  para  pendeta mengolah versi Yahwist dan  Elohist  daripada  Kitab   Kejadian,   menyusunnya menurut  selera  mereka,  dan  menurut  adat  kebiasaan mereka yang mementingkan segi hukum sebagai diterangkan oleh  R.P.  de  Vaux.  Kita telah membicarakan segi ini pada lain tempat.

Teks Yahwist tentang penciptaan alam adalah  lebih  tua beberapa  abad  daripada  teks  Sakerdotal,  dan  tidak menyebutkan bahwa Tuhan  beristirahat  setelah  bekerja keras  enam hari seperti yang disebut oleh penulis teks Sakerdotal.  Penulis  teks  Sakerdotal  membagi   waktu penciptaan  alam  dalam hari-hari yang disamakan dengan hari-hari  seminggu   yang   biasa   serta   menekankan istirahat   hari   Sabtu   yang   mereka   rasa   harus dipertahankan kepada  pengikut-pengikut  mereka  dengan mengatakan bahwa Tuhanlah yang pertama menghormati hari Sabtu itu. Dengan bertitik tolak dari segi praktis ini, maka  riwayat  penciptaan  alam disajikan dengan logika keagamaan  yang  semu,  yang  hasil-hasil  penyelidikan ilmiah membuktikannya sebagai khayalan belaka.

Menyelipkan  hari  ke  tujuh  (daripada  hari-hari satu minggu) dalam tahap-tahap penciptaan alam dengan maksud agar para pengikut agama menghormati hari Sabtu seperti yang dilakukan oleh pengarang  sumber  Sakerdotal,  tak dapat dipertahankan secara ilmiah. Pada waktu sekarang,

semua orang tahu bahwa terciptanya  alam,  termasuk  di dalamnya  bumi  tempat  hidup  kita telah terjadi dalam tahap waktu  yang  sangat  panjang,  yang  penyelidikan ilmiah  belum  dapat memastikan walaupun secara “kurang lebih.” Hal ini akan kita bicarakan dalam bagian ketiga daripada  buku  ini, yakni pada waktu kita membicarakan tentang penciptaan alam menurut Al Qur-an.

Seandainya riwayat penciptaan alam selesai  pada  malam hari  yang  ke  6,  dan tidak menyebutkan hari ke tujuh atau Sabat waktu Tuhan  beristirahat,  atau  seandainya kita tafsirkan enam hari di Perjanjian Lama itu sebagai enam periode seperti yang  tersebut  dalam  Al  Qur-an, riwayat  Sakerdotal  tetap  tak  dapat  diterima karena urutan  periode-periode  tersebut  sangat   kontradiksi dengan dasar-dasar ilmiah yang elementer.

Dengan   begitu   maka   riwayat  Sakerdotal  merupakan konstruksi imaginatif yang lihay yang  mempunyai  suatu tujuan, dan tujuan itu bukan untuk memberitahukan suatu kebenaran.

Bersambung ..

BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern

Dr. Maurice Bucaille

Judul Asli: La Bible Le Coran Et La Science

Alih bahasa: Prof. Dr. H.M. Rasyidi

Penerbit Bulan Bintang, 1979

Kramat Kwitang I/8 Jakarta