alfaihahFacebooker Kristen menanyakan pada surah Al fatihah ayat 6-7 sbb :

Ihdinashshiraathalmustaqiim(Tunjukilah kami jalan yang lurus),

shiraathalladziina an’amta ‘alayhim ghayrilmaghdhuubi ‘alayhimwalaadhdhaalliin

(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri ni’mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

Ayat tersebut sangat jelas wahyu dari Allah Swt kepada Muhammad… masalah yang sangat menarik adalah : Kepada siapa Allah swt bermohon untuk di tunjuki jalan yang lurus gan…????? adakah Allah-Allah lain atau Tuhan-Tuhan lain di dalam islam..????????

TANGGAPAN :

Surah Al-Fatihah (Arab: الفاتح , al-Fātihah, “Pembukaan”) adalah surah pertama dalam al-Qur’an. Surah ini diturunkan di Mekah dan terdiri dari 7 ayat. Al-Fatihah merupakan surah yang pertama-tama diturunkan dengan lengkap di antara surah-surah yang ada dalam Al-Qur’an. Surah ini disebut Al-Fatihah (Pembukaan), karena dengan surah inilah dibuka dan dimulainya Al-Quran. Dinamakan Ummul Qur’an (induk Al-Quran/ القرءان أمّ ) atau Ummul Kitab (induk Al-Kitab/ الكتاب أمّ) karena dia merupakan induk dari semua isi Al-Quran. Dinamakan pula As Sab’ul matsaany (tujuh yang berulang-ulang/ المثاني السبع) karena jumlah ayatnya yang tujuh dan dibaca berulang-ulang dalam shalat.

Assalamualaikum Wr.Wb.

(oleh : Khairunnisa)

Hehehehe, gak habis-habisnya yah fitnah dari berbagai web, medsos, dll. Tapi gakpapa, lumayan iklan gratis. Membuat non Muslim penasaran. Dan akhirnya mereka ada yang mendapat hidayah Allah.

Surah Al fatihah adalah wahyu dari Allah terdapat didalamnya Doa, jadi Allah mengajarkan hamba-Nya berdoa, jadi bukan Allah yang berdoa. Namun Allah menirukan cara berdoa buat hamba-Nya. Silahkan anda baca dan pahami, jangan main fitnah aja asal status update. Hehehe

Allah Ta’ala berfirman :

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ

صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ

Artinya :

“Tunjukilah kami jalan yang lurus. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (QS. Al-Fatihah ayat 6-7)

musuh-musuh Islam dari kalangan Salibis menggunakan ayat yang mulia ini untuk memurtadkan kaum muslim. Mereka melempar syubhat ke tengah-tengah orang-orang awam diantara kaum muslimin dengan mengatakan, “Sesungguhnya kalian ini berada dalam kesesatan. Buktinya kalian senantiasa berdoa kepada Allah untuk diberi petunjuk.” LOL. Itu kata mereka, maka benarlah Firman Allah dalam Al Quran :

“Dan tidak akan pernah ridha orang-orang Yahudi dan Nasrani kepadamu sampai engkau mengikuti agama mereka.” (QS. Al-Baqarah ayat 120).

“Dan mereka berkata, ‘Jadilah kamu (penganut) Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk’.” (QS. Al-Baqarah ayat 135).

Di tempat lain Allah menginformasikan :

“Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata, ‘Tidak akan masuk surga kecuali orang Yahudi atau Nasrani’.”………(QS. Al-Baqarah ayat 111)

Namun Allah swt membantah mereka dalam ayat yang sama :

……..“Itulah angan-angan kosong mereka, Katakanlah, ‘Tunjukkan bukti-bukti kebenaranmu jika kamu orang-orang yang benar’.” (QS. Al-Baqarah ayat 111).

“Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi kitab dan kepada orang-orang yang ummi, ‘Sudahkah kamu masuk Islam?’ Jika mereka masuk Islam, berarti mereka telah mendapat petunjuk.” (QS. Ali Imran ayat 20).

Allah pun telah menyatakan bahwa agama yang haq adalah agama Islam :

“Sesungguhnya agama di sisi Allah adalah Islam.” (QS. Ali Imaran ayat 19).

“Dan barang siapa mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidak diterima (agama itu) dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Ali Imran ayat 85).

Nah kalau begitu hidayah dan petunjuk apa lagi yang umat Islam mohonkan dalam Al Fatihah ? hehehe mari kita bahas.

Sebenarnya jauh sebelum pertanyaan ini muncul para ulama kita sudah menjelaskan bahwa hidayah yang diminta pada ayat yang mulia ini meliputi tiga poin, yaitu :

  1. Ilmu, yakni supaya Allah swt memahamkan kita tentang agamanya ini.

Ibnu Katsir berkata, “Yaitu kiranya Dia menunjuki hamba dan saudara- saudaranya yang beriman pada jalan yang lurus berupa dinul Islam yang shahih tanpa tambahan dan kekurangan, agama yang bersih dari bid’ah dan khurafat. Jalan ini merupakan jalan terdekat untuk mencapai perkara yang dicintai dan diridhai Allah selaras dengan apa yang telah diperintahkanNya dan disampaikan oleh RasulNya.” (Tafsir Ibnu Katsir)

Rasulullah saw bersabda :

“Barangsiapa yang dikehendaki Allah untuknya kebaikan, Allah menjadikannya faham tentang agama.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Syaikh Abdul Muhsin bin Al-Abad Al-Badr berkata, “Dengan kefahamannya tentang agama ia akan beribadah kepada Allah dengan hujjah yang nyata dan mendakwahi orang lain dengan hujjah yang nyata pula.” (Rifqan Ahlus Sunnah bi Ahlus Sunnah).

  1. Amal, yakni supaya Allah swt memberi kekuatan kepada kita untuk mengamalkan agamanya di atas ilmu yang shahih.

Syaikh Abdurrahman As-Sa’di berkata, “Beri kami hidayah dan taufiq ke jalan yang lurus, yaitu jalan yang jelas yang menghubungkan kepada Allah dan kepada surgaNya, yaitu pengetahuan tentang al-haq dan mengamalkannya.” (Tafsir Al-Karimir Rahman).

Mu’adz bin Jabal ra berkata, “Dengan ilmu dapat terjalin silaturrahim dan diketahui halal dan haram. Ilmu adalah imamnya sedangkan amal pengikutnya, diberikan kepada orang-orang yang berbahagia dan tercegah dari orang-orang yang merugi.” (Muqaddimah Fil ‘Ulum Asy-Syar’iyyah, hal. 28)

  1. Istiqamah, yakni supaya Allah swt menetapkan kami di atas ilmu dan amal.

Syaikh Abdurrahman As-Sa’di dalam lanjutan perkataannya, “Maka tunjukilah kami jalan yang lurus , yaitu selalu memegang teguh Islam dan meninggalkan semua agama selainnya, yaitu tentang Islam secara terperinci, baik dalam mengilmui dan mengamalkannya.” (Tafsir Al-Karimir Rahman)

Al Imam Ibnu Jarir berkata, Makna Shirathal Mustaqim adalah, Ya Allah, berikan taufiq kepada kami agar kami tetap berada di atas hal yang Engkau ridhai. (Jami’ul Bayan)

Dalam hal ini siapa orang-orang yang telah di anugerahkan nikmat kepada mereka? Allah menjelaskannya dalam Surat An-Nisa ayat 69 :

“Dan barang siapa yang mentaati Allah dan Rasul, maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberi nikmat oleh Allah dari golongan para Nabi, Shiddiqun, Syuhada dan Shalihin. Mereka itulah yang sebaik-baiknya teman.” (QS. An-Nisa’ ayat 69).

Sifat-sifat mereka itu adalah berilmu kemudian mengiringi ilmunya itu dengan amal dan selanjutnya mereka istiqamah. Jadi ilmu, amal, dan istiqamah inilah yang kita mohonkan pada Allah. Jalan lurus seperti dijelaskan pada ayat 7 Al Fatihah, kemudian dijabarkan dalam QS An-Nisa ayat 69 yaitu jalannya para Nabi, Shiddiqun, Syuhada dan Shalihin.

Terus yang manakah jalan yang dimurkahi Allah dan sesat seperti bagian akhir ayat 7 surah al fatihah ?

“Katakanlah : ‘Apakah akan aku beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu di sisi Allah?’ Yaitu orang-orang yang dikutuk dan dimurkai Allah, diantara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi.” (QS. Al-Maidah ayat 60).

“Katakanlah, ‘Wahai ahli kitab! Janganlaah kamu berlebih-lebihan dengan cara yang tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti keinginan orang-orang yang telah tersesat dahulu dan (telah) menyesatkan banyak (manusia) dan mereka sendiri tersesat dari jalan yang lurus’.” (QS. Al-Maidah :ayat 77).

Pertanyaannya. Mengapa orang-orang Yahudi itu menjadi terlaknat dan orang-orang Nasrani itu menjadi tersesat ?

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyebutkan dalam kitabnya Iqtidha Shirathil Mustaqim, “Pangkal kekufuran Yahudi adalah karena mereka tak mengamalkan ilmunya. Padahal mereka mengetahui kebenaran, namun tidak mau mengikutinya dalam bentuk ucapan atau perbuatan, atau bahkan tidak mau mengikuti keduanya…”

“Orang-orang yang telah Kami beri Kitab, mengenalnya (Muhammad) seperti mereka mengenal anak-anak mereka sendiri.” (QS. Al-Baqarah ayat 146).

Ibnu Ishaq menuturkan, “Aku meriwayatkan dari Shafiyyah binti Huyai bin Akhthab, dia berkata, “Aku adalah anak yang paling disayangi ayahku dan juga pamanku, Abu Yasir. Setiap kali aku bertemu, tentu mereka berdua akan menggendongku dan melepaskan anak lain yang sedang digendongnya. Tatkala Rasulullah Shalallahi alaihi wa sallam tiba di Madinah, singgah di Quba’ di Bani Amr bin Auf, maka ayahku, Huyai bin Akhthab dan pamanku, Abu Yasir bin Akhthab pergi ke sana pada malam hari. Keduanya tidak kembali kecuali setelah matahari terbenam pada keesokan harinya. Mereka berdua terlihat malas, loyo, tanpa semangat dan jalannya pelan-pelan. Aku segera menghampiri mereka berdua seperti biasanya, namun demi Allah, tak seorangpun diantara mereka berdua yang mau menoleh ke arahku. Mereka terlihat murung. Kudengar pamanku bertanya kepada ayahku, “ Diakah orangnya?” “Demi Allah, memang dia.” jawab ayahku. Apakah engkau yakin?” “Ya” jawab ayahku. “Apa yang kau pikirkan tentang dirinya?” “Demi Allah, aku akan memusuhinya selagi aku masih hidup,” jawab ayahku.” (Sirah An-Nabawiyah, Ibnu Hisyam, 1/518-519).

Mengapa mereka memusuhi Rasulullah saw padahal mereka telah yakin bahwa beliau adalah seorang Rasul yang mereka tunggu-tunggu? Karena Rasulullah bukan datang dari kalangan mereka, Bani Israil, tetapi datang dari kalangan bangsa Arab.

Firman Allah Ta’ala :

“Dan setelah sampai kepada mereka Kitab (Al-Qur’an) dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka sedang sebelumnya mereka memohon kemenangan atas orang-orang kafir, ternyata setelah sampai kepada mereka apa yang telah mereka ketahui itu, mereka mengingkarinya. Maka laknat Allah bagi orang-orang yang ingkar. Sangatlah buruk (perbuatan) mereka menjual dirinya, dengan mengingkari apa yang diturunkan Allah, karena dengki bahwa Allah menurunkan karuniaNya kepada siapa yang Dia kehendaki diantara hamba-hambaNya (Muhammad). Karena itulah mereka menanggung kemurkaan demi kemurkaan. Dan kepada orang-orang kafir (ditimpakan) adzab yang menghinakan.” (QS. Al-Baqarah ayat 89-90).

Selanjutnya perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, “…Sedangkan kekufuran Nasrani berawal dari perbuatan mereka yang tanpa ilmu. Mereka berijtihad (berpendapat) sendiri dalam banyak ragam ibadah, tanpa ada ajaran dari Allah. Mereka berpendapat atas nama Allah tanpa ilmu.” Dan nashrani yang terbesar adalah mereka menjadikan Nabi Isa as dan roh kudus sesembahan selain Allah. Bahkan disebutkan bahwa tidaklah Nabi Isa itu diangkat menjadi Tuhan kecuali setelah berlalunya masa beliau selama 325 tahun.

Berani sekali mereka mengatakan orang Islam memohon jalan yang lurus yakni jalannya orang Kristen, padahal ayat tersebut malah mengajarkan cara berdoa agar terhindar dari kekufuran seperti mereka. ckckck

Demikianlah penjelasan singkat dari isi kandungan surat Al-Fatihah : 6-7, sekaligus menjawab Ketidak mengertian apa yang mereka lontarkan kepada Islam.

Semoga bermanfaat.